Ramalan Joyoboyo, gambaran akhir pasca pemerintahan Jokowi

Ramalan Joyoboyo, gambaran pasca pemerintahan Jokowi

mbah subowo bin sukaris

Presiden Jokowi boleh jadi marak dalam satu atau dua periode ke depan menduduki singgasana kepresidenan. Atau boleh jadi juga tidak genap memerintah selama 5 tahun pertama atau tahun kedua. Semua prediksi ke depan pemerintahan Jokowi itu akan terjawab oleh sang waktu. 

     Kita semua tahu bahwa undang-undang yang membatasi masa jabatan kepresidenan hanya selama dua periode, hal itu mungkin membuat sebagian orang mulai menduga-duga apa jadinya setelah Presiden Jokowi turun panggung? Berikut ini merupakan prediksi dari Kitab Musarar Joyoboyo yang mungkin terjadi tatkala Jokowi turun panggung. 

     Pada salah satu bait asmaradana yang mendampingi bait yang menggambarkan NKRI retak (pasca pemerintahan SBY) dalam Kitab Musarar Jayabaya (abad keduabelas masehi 1100-an) terdapat gambaran NKRI pasca pemerintahan Presiden Jokowi. Mengapa bait ini tersebut kami anggap sangat tepat menggambarkan masa sesudah Jokowi? Jawabannya ialah setelah bait yang menggambarkan peristiwa goro-goro itu selanjutnya terdapat bait mengenai munculnya Ratu Adil "Tunjung Putih", (termaktub dalam kitab Musarar). Apakah pengganti Jokowi berarti sosok Ratu Adil Tunjung Putih? Wallahualam bisawab....


      Akeh ingkang gara-gara, Udan salah mangsa prapti, Akeh lindhu lan grahana, Dalajate salin-salit, Pepati tanpa aji, Anutug ing jaman sewu, Wolung atus ta iya, Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan sirna

Banyak kejadian dan peristiwa alam maupun dalam kehidupan masyarakat manusia yang luar biasa. Musim penghujan tidak teratur dan sering datang dengan curah hujan tinggi (kebanjiran) hingga tidak ada curah hujan sama sekali (kekeringan). Gempa bumi sering terjadi dan menelan banyak korban jiwa manusia, ternak, dan harta benda, demikian juga sering terjadi fenomena alam misterius yakni terjadinya gerhana bulan, dan gerhana matahari. 
      Semua itu seolah berarti membuat nyawa manusia tidak berharga lagi. Peristiwa apapun yang terjadi itu semua sama persis seperti yang terjadi pada 1800-an tatkala pemerintah kolonial Belanda menjalankan "tanam paksa" guna mengganti kerugian akibat peperangan di Jawa (Perang Diponegoro) yang tidak sedikit menelan cadangan kas negeri induk Nederland Raya, semasa perang tatkala itu Tanah Jawa tidak terurus pertanian, perkebunan dan kehidupan normal telah menjadi berantakan. Selanjutnya Belanda menjalankan politik etis, dan musnahlah Ratu Kara Murka Kuthila.

*****