Satrio Piningit Kitab Musarar Jayabaya

Satrio Piningit Kitab Musarar Jayabaya


Tatkala Serat Darmogandul yang merupakan propaganda politik divide et impera terhadap penganut ajaran Islam, idem dito Kitab Musarar Jayabaya merupakan propaganda politik yang sama terhadap penganut kejawen alias kaum javanis. Yang pertama jelas dilakukan oleh kaum kolonialis, dan yang kedua jelas mudah ditebak dilakukan oleh siapa....! Islamisasi para leluhur Jawa merupakan kehormatan bagi yang berhak. Tiada yang salah dan sah-sah saja Prabu Joyoboyo dianggap pemeluk ajaran rahasia Islam di tengah samudera Hindu-Buddha di masa abad kesebelas masehi. Dengan mengislamkan Prabu Joyoboyo, berarti ada hak pada beliau menempati kapling di surga kaum muslimin.
      Begitulah Kitab Musarar Jayabaya sarat dengan nuansa Islami. Namun demikian oleh para penentangnya yang berpendapat cuma omong kosong seorang Sri Aji Joyoboyo adalah pemeluk Islam. Sah-sah saja berpendapat demikian. Terlepas dari benar atau tidaknya dan perdebatan tiada akhir apakah Joyoboyo seorang Islam, maka perlu diketahui misi daripada Kitab Musarar adalah mengadu domba antara kaum Javanis melawan kaum Santri. Walau demikian tidak selamanya harus bertentangan satu sama lain di antara pengagum kemasyhuran dan kedigdayaan Joyoboyo. Terkadang mereka bisa beriringan dalam perjalanan sejarah, jika demi penyesuaian lingkungan keamanan pada jamannya.
       Dalam Musarar digambarkan Prabu Joyoboyo menerima seorang tamu dari negeri Atas Angin seorang guru sekaligus ulama Islam yang memberi pengajaran Islam berupa sebuah kitab, yang jika telah dapat menguasai isi kitab tersebut maka yang bersangkutan dapat mengetahui kejadian di masa depan, disebutkan antara lain setelah lulus ujian maka Prabu Joyoboyo dapat mengetahui kerajaan Nusantara yang bakal muncul dan tenggelam digantikan oleh yang baru. Di samping itu juga  sang ulama Islam tersebut meramalkan di hadapan langsung yang bersangkutan kelak di masa depan Prabu Joyoboyo akan menitis tiga kali lagi di jaman kerajaan Kediri. Demikian seterusnya isi kitab Musarar yang Islami.
      Kerajaan Nusantara masa depan sudah dapat diramalkan oleh Prabu Joyoboyo dengan bantuan guru Islamnya yang akan jatuh-bangun mulai dari Kediri, Singosari, Pajajaran, Majapahit, Demak, Mataram, dan seterusnya hingga Republik Indonesia lengkap dengan kalkulasi masa kekuasaannya. Yang paling menarik ialah mengenai munculnya Ratu Adil kelak setelah terjadinya kekacauan penghidupan rakyat Nusantara setelah periode Republik Indonesia bubar. Jika dalam ajaran Islam maka menjelang hari kiamat akan muncul seorang Imam Mahdi, maka dalam kejawen sebaliknya sesudah goro-goro atau kekacauan akan muncul Sang Ratu Adil, yang terkadang secara populer dijuluki Satrio Piningit. Berikut ini syair Dandanggula bagian dari kitab Musarar Jayabaya yang bersinggungan dengan munculnya Satria Piningit atau Satrio Piningit yang dimaksud di sini Ratu Adil di masa depan:


    Dene besuk nuli ana
    Tekane kang Tunjung Putih
    Semune Pudhak kasungsang
    Bumi Mekah dennya lair
    Iku kang angratoni Jagad kabeh ingkang mengku
    Juluk Ratu Amisan Sirep musibating bumi
    Wong nakoda milu manjing ing samuwan

Kelak di masa depan usai kesemrawutan pertempuran raja-raja kecil Nusantara (usai periode bubarnya NKRI kembali semula menjadi kerajaan kecil-kecil), akan ada seorang pemimpin Ratu Adil yakni Tunjung Putih, ia muncul secara tersamar pada awalnya yakni masih seorang Satrio Piningit. Beliau dilahirkan di Tanah Mekah (orang muslim). Dia adalah pemimpin seluruh dunia, dijuluki Ratu Amisan yang mampu mengatasi keruwetan hidup orang banyak di bumi. Semua orang akan diberi kesempatan ikut menyumbangkan pendapatnya, termasuk juga para nahkoda atau para pemimpin rakyat kebanyakan.

****