Ramalan Jayabaya tentang kutukan bagi Orde Baru

Ramalan Jayabaya tentang kutukan bagi Orde Baru

mbah subowo bin sukaris

Korban peristiwa/tragedi 1965 menurut para akademisi serta data berbagai karya ilmiah dari segenap penjuru dunia tidak diragukan kebenarannya berjumlah lebih besar daripada korban perang Vietnam vs Amerika Serikat.
      Bangsa Belanda yang “mengasuh” pribumi Nusantara selama tiga setengah abad sudah mengetahui betul, bahwa bangsa yang lemah-lembut hidup di jamrud khatulistiwa ini bisa beringas tanpa sebab yang logis.
      Kesimpulan para pakar Belanda adalah alam bawah sadar mereka (kaum pribumi)  yang masih menyimpan memori kegelapan purba jika terpicu oleh “sesuatu” maka secara spontan bertransformasi menjadi tindakan primitif dan barbar.
      Akhir-akhir ini (5/2016) berita cetak maupun online meributkan soal beredarnya “lambang organisasi terlarang”, aparat masih bertindak  sama semasa Orba tetap menggunakan payung hukum Tap MPRS 25/1966 serta Tap MPR 1/ 2003.
      Di satu sisi negara yang sah mengukuhi keabsahan Tap produk “rekaan” Orde Baru tersebut, sementara di sisi lain menganggap Tap tersebut inkonstitusional sejak dalam pikiran pencetusnya.
      Pro-kontra mengenai penyelesaian kasus tragedi 1965 selama puluhan tahun tidak pernah tuntas. Mengapa? Peristiwa 1965 yang berupa banjir bandang darah yang berujung pada maraknya Soeharto ke panggung kekuasaan pada 1967 (dengan cara menjungkalkan Proklamator Bung Karno) diramalkan tuntas pada 2027 tercantum dalam Kitab Musarar  Jayabaya, sinom kedelapan belas,

                 gajah meta
            Semune tengu lelaki
             Sewidak warsa nuli
         Ana dhawuhing bebendu
              Kelem negaranira
           Kuwur tataning negari 
                                                                               (Kitab Musarar, sinom 18)

“gajah meta semune tengu lelaki (Raja [baca: presiden]  yang disegani/ditakuti, namun nista [baca: Soeharto]). Selama enampuluh tahun (dihitung sejak beliau mulai marak ke singgasana) menerima kutukan sehingga negaranya tenggelam (tak berjaya)  dan hukum menjadi carut-marut tidak karuan.”

Kutukan bagi Orde Baru selama 60 tahun yang akan berakhir pada 2027, sebelum titimangsa itu maka negara akan tenggelam dalam berbagai kesulitan, masalah, serta mengalami carut-marut hukum seperti yang tercantum dalam Kitab Musarar Jayabaya bernuansa  Islami ditulis oleh Sunan Giri III pada 1618 M.
      Sedangkan bukti otentik bahwa Sri Aji Jayabaya memiliki karya tulis (ramalan) menurut para akademisi  sejauh ini memang belum ada, akan tetapi tidak bisa dibantah lagi bahwa beliau (Sri Aji Joyoboyo) memang berabad-abad dipercaya adalah nujum ampuh pada jamannya.

*****
Subowo bin Sukaris
hasta mitra Updated at: 10:01 PM