Ramalan Jayabaya, "Negara Kesatuan RI ... Bubar!"

Ramalan Jayabaya, "Negara Kesatuan RI ... Bubar!"

by mbah Subowo bin Sukaris


Majapahit mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Angkatan Laut Majapahit bertebaran merajai di seluruh perairan Nusantara. Kekuatan laut di wilayah Selatan ini telah mencegah dan membatasi gerak-gerik armada Tiongkok di Utara sana.
     Kerajaan besar manapun pada akhirnya mengalami masa pasang-surut. Prabu Hayam Wuruk mangkat pada akhir abad keempat belas masehi.
      Kerajaan Majapahit berubah menjadi negeri yang dilanda  perebutan kekuasaan, pemerataan korupsi di seluruh negeri, dan bergonta-gantinya pemimpin yang terlalu lemah atau terlalu keras. Gabungan ketiga unsur di atas telah membangunkan kekuatan Tiongkok untuk menjamah perairan Majapahit di Selatan. Maka lengkaplah empat kaki pilar kehancuran sebuah negeri itu melanda Majapahit.
      Apa yang tengah terjadi di masa pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada abad keduapuluh satu ini hampir saja dan nyaris memenuhi empat unsur kehancuran Majapahit itu. Korupsi sudah merata ke segenap negeri yang dilakukan oleh oknum aparat negera, korupsi juga dilakukan oleh oknum pejabat partai politik, dan juga oleh oknum para pengusaha dalam dan luarnegeri.
      Sejak lengsernyanya Presiden Suharto maka unsur kelemahan dalam proses pemilihan atau pergantian para pemimpin NKRI mulai dari Habibie, Gus Dur hingga pemerintahan SBY sama seperti yang terjadi sejak Prabu Hayam Wuruk mangkat. Kusumawardhani yang lemah dan penggantinya Dewi Ratna Suhita terjadi juga kelemahan yang setara semasa pemerintahan Habibie, maupun Pemerintahan Gus Dur yang agak keras tapi tanpa memperoleh dukungan dari segenap aparat negara. Selanjutnya kepemimpinan Megawati dan SBY mulai terjadi perbaikan dalam mengelola negeri.
      Perbandingan mengenai unsur tindak pidana korupsi di masa Majpahit berbanding dengan yang tengah terjadi di masa sekarang ini adalah berikut ini: jika korupsi di masa Majapahit telah merata terjadi di kalangan militer terutama angkatan laut dan juga para pengusaha dan aparat di wilayah inti majapahit sendiri. Pada masa Mega dan SBY yang terjadi adalah indikasi korupsi terjadi pada badan militer adalah terjangkitnya korupsi besar-besaran di lembaga Kepolisian. Aparat Majapahit yang korup terutama dilakukan oleh pejabat yang menduduki pucak kekuasaan, mereka adalah para penerima suap yang diberikan oleh para pengusaha guna melancarkan bisnisnya, demikian pula yang terjadi di masa pemerintahan Mega, maupun SBY. Mengenai perebutan kekuasaan di masa Majapahit yang terjadi adalah perebutan takha antara Brhe Wirabhumi dan Dewi Ratna Suhita, di masa SBY ini terjadi pula gontok-gontokan antara partai politik yang satu dengan partai lain, partai yang berbeda itu kadang saling-serang dan terkadang saling kompak terutama yang menyangkut kepentingan partai masing-masing. Tujuan akhir gontok-gontokan di antara partai politik tersebut ialah menduduki singgasana Presiden. Tidak jauh bedanya, bukan? Sama-sama ingin menduduki takhta Majapahit versus takhta NKRI.
      Satu-satunya bagian atau unsur yang masih lowong di NKRI ialah belum intensnya gangguan dari pihak asing yang berusaha melakukan penetrasi dengan tujuan pelemahan NKRI. Di masa Majapahit kekuatan asing satu-satunya yang melakukan penetrasi ialah Tiongkok yang mengancam dari utara. Di masa NKRI saat ini potensi ancaman kekuatan asing terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu di sini, sebagai contoh yang gencar terang-terangan atau klandestin mengobok NKRI ialah kekuatan adidaya Amerika Serikat dan kerajaan Inggris Raya. NKRI diobok-obok bahkan oleh negeri tetangga sendiri yang berusaha mengintip letak kelemahan NKRI saat ini. Mereka merongrong sumber daya manusia Indonesia dan juga memonopoli transaksi ekonomi global yang hendak memakmurkan  NKRI selalu saja harus melalui saringan negeri tetangga lebih dulu.
     Bubarnya Majapahit menjadi negeri-negeri kecil yang mandiri atau setengah mandiri, tentu saja bisa terjadi pada NKRI. jika berbagai hal terjadi seperti yang dialami oleh kerajaan Majapahit.
      Berikut ini adalah peringatan sekaligus nujum dari seorang raja Kediri yang waskita Sri Aji Jayabaya tentang bobroknya moral oknum aparat negeri sehingga mungkin menyebabkan bubarnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akeh pangkat sing jahat lan ganjil
Wong jahat munggah pangkat
Pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe
Pangkat dadi pemikat
Sri Aji Jayabaya


Akan terjadi kelak banyak para abdi negara terutama para pejabatnya berwatak jahat dan memanfaatkan jabatanya demi kepentingan pribadi. Pejabat yang jahat itu malah selalu naik pangkat. Pertarungan kekuasaan yang terjadi terutama di kalangan pejabat yang kerjanya tidak lagi mengabdi pada negara, melainkan bekerja demi kepentingan pribadi dan kelompoknya maka banyak para pejabat tinggi di lingkungan sipil maupun militer yang dipecat sehingga kehilangan pangkat atau jabatannya. Hal itu terjadi tanpa dapat diperhitungkan atau disangka sebelumnya, dikiranya dirinya akan selalu dilindungi kelompoknya. Kelak di masa depan akan terjadi pangkat cuma dijadikan pemikat untuk mendapatkan harta, takhta, dan wanita.

Dan jika para punggawa Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah berlaku demikian secara terus-menerus tiada henti maka tidak mustahil yang terjadi kelak adalah NKRI bubar, seperti bubarnya Majapahit!
   
*****
Subowo bin Sukaris
hasta mitra Updated at: 2:22 PM