Misteri gunung salak


Misteri gunung salak
9


Seorang pengunjung daerah wisata Curug Nangka yang datang sekitar lima tahun yang silam. Ia mendapati betapa masih terjaga dengan baik kelestarian lingkungan di daerah itu.
      "Suasana dan lingkungan alam masih utuh di sini ya, Kang....?"
      "Ya, pak." Pemuda itu rupanya mengetahui pengunjung yang di hadapannya berasal jauh sekali dari tempat itu.
Keduanya terdiam. Pemuda yang sehari-harinya berada di tempat wisata itu rupanya selalu ingin tahu apapun dari wisatawan yang datang ke Curug Nangka.
      Pemuda itu menceritakan di sisi manapun dari Gunung Salak terjaga dengan baik berkat kelompok pemuda setempat yang rajin mengawasi pendatang baru.
      "Kang, mau mengantar kami ke atas?"
      "Maksud bapak ke puncak kawah Ratu?"
      "Tidak, hanya beberapa puluh menit ke atas dan sesudah itu kita kembali lagi."
      "Mari, sebaiknya saya berjalan di depan bapak."
      Mereka menyusuri jalan setapak yang di kiri-kanannya ditanami bambu kecil. Warna hijau mendominasi ke segenap pandangan mata diarahkan, tak ada bercak coklat berupa tanah gundul.
      Di gunung inilah terdapat pagar perbatasan gaib Prabu Siliwangi. Gunung Salak sebelah utara dan barat menjadi wilayah dan bagian bagi rakyat yang memilih pindah dari Bogor ke wilayah Barat yakni daerah suku Badui. Sebelah Selatan dan Timur sisi Gunung Salak menjadi bagian bagi rakyat yang memilih pindah ke jurusan Selatan dari Bogor, pusat kraton Sunda-Pajajaran Prabu Siliwangi.
      Perbatasan gaib jaman kuno yang dibuat oleh para leluhur bermacam-macam mulai dari batas desa, batas antar pekarangan rumah, batas dua kerajaan dan sebagainya. Perbatasan itu berarti sesuatu yang tidak boleh diterjang bagitu saja. Apalagi tanpa menghormat sejenak dan permisi tatkala menginjak garis batas.
      Setengah jam perjalanan dari kaki gunung tiba-tiba kabut menghadang dan dengan sendirinya jarak pandang kedua pendaki itu hilang sama sekali. Mereka memutuskan untuk turun kembali ke kaki gunung itu.
      "Luar biasa, tak sedikit pun terdapat kerusakan mulai dari bawah hingga ke atas," kata sang pengunjung yang tidak mau memperkenalkan dirinya.
     "Ya, sama juga di tempat lain, masih utuh keadaan alam Gunung Salak," sahut Kang Ujang menimpali. Ya, tadi ia sempat memperkenalkan dirinya tatkala mencapai seperempat jam perjalanan ke atas.
      "Bukan hanya alam terjaga dengan baik, siapapun yang datang kemari harus menjaga sopan-santun jika berada di tengah hutan belantara."
      "Maksud Kang Ujang?"
      "Pengunjung sering datang berpasang-pasangan, dan mereka akan ditegor jika berbuat aneh-aneh," tandas Kang Ujang.
      Mereka tiba di bawah atau kaki gunung itu lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk naik ke atas.
      Keduanya kemudian memutuskan berpisah di tepi sebuah sungai kecil yang tidak jauh dari pesanggrahan gerbang masuk wisata Curug Nangka. Hanya sekelebatan Ujang telah kembali lagi memasuki hutan.
      Suara unggas terdengar di sana-sini.
      Sinar mentara tak mampu menerobos ke bumi di kaki gunung Salak bagian utara-barat itu.
      Pengunjung itu meninggalkan tempat itu dengan suasana hati tenteram sama seperti yang dirasakan orang lainnya.
*****
Subowo bin Sukaris
hasta mitra Updated at: 10:35 AM