Satria Piningit, Sabda Palon, dan Jayabaya

Satria Piningit,  Sabda Palon, dan Jayabaya


Kitab Musarar Jayabaya sebagai sumber rujukan yang meramalkan kedatangan Ratu Adil yang populernya adalah Satria Piningit. Kitab Musarar Jayabaya yang bernuansa Islamis berseberangan dengan Serat Darmogandul yang bernuansa Sabdopalonis. Sebagai imbangan di antara kedua manuscript warisan leluhur itu  adalah Ramalan Jayabaya. Dalam Musarar yang islamis tidak terdapat sepatah pun menyebut peran Sabdo Palon, akan tetapi dalam Darmogandul maupun Ramalan Jayabaya terpampang jelas peranan Sabda Palon. Perbedaan dan pertentangan pandangan dalam kerangka filosofis, visionis, dan paradigmatis mengenai Sabda Palon dalam kedua sumber tersebut tentu saja jika dipertemukan dengan analisis serta nuansa yang tidak berimbang hasilnya dapat dikategorikan dalam kelompok otak-atik gathuk, yang dapat diterjemahkan sebagai berikut: dalam menyambung dua benda yang berbeda yang tidak mungkin dipersatukan lantas dipaksa diakali dengan cara menggetok, memaku, lantas mengikatnya. 
      Bait pamungkas sekali Ramalan Jayabaya (abad 12) yang terkenal itu sampai abad keduapuluh satu atau hari ini awal 2012 ada yang terbukti dan juga yang belum terbukti dan masih menjadi impian belaka, warisan leluhur sendiri sembilan abad yang lalu secara bebas pengertiannya sebagai berikut:

Jayabaya telah memprediksi Sabda Palon adalah sang pamomong atau pengasuh bagi Ratu adil (yang populernya kini sebutannya Satria Piningit) kelak yang akan muncul untuk membawa kejayaan bagi rakyat di negeri tropis di antara dua benua Asia dan Australia.
     Sabda Palon yang (kelak) menanggung malu akibat momongannya yakni Raja Brawijaya V (abad 15) telah murtad meninggalkan ajaran leluhur dan berganti haluan memeluk ajaran lain. Walaupun demikian kesalahan seorang murid atau yang diemongnya itu bukanlah tanggung jawab sang guru (Sabda Palon) karena itu adalah kehendak dan takdir sejarah. Sehingga hal tersebut sama sekali tidak mengurangi kemasyhuran Sabda Palon sendiri.
     Ramalan Jayabaya itu yakni Sabda Palon bersama asuhannya sang Ratu adil jika di masa depan kelak terbukti kebenarannya akan memancarkan sumber cahaya gemilang, mercusuar bagi segala segi kehidupan rakyat di Nusa-Antara menjadi terang-benderang, adil-makmur, aman, dan tenteram.
     Di masa itu rakyat banyak tak merasakan lagi kesusahan hidup, segala kebutuhan serba cukup, tak ada kekurangan pangan, tak ada kesulitan tanah garapan dan tersedia melimpah tempat berteduh, dan juga pendidikan bagi anak dapat terjangkau, demikian pula dengan sarana kesehatan bagi semuanya.
      Itu juga yang menjadi tanda bahwa Jaman Kalabendu telah menyingkir yakni berakhirnya jaman penghisapan manusia oleh manusia; berakhirnya penghisapan negara oleh negara lain (penghisapan dan penindasan antarnegara); berakhirnya jaman sifat dan tindak kejahatan yang selalu menang dalam pertempuran melawan semua kubu kebaikan. Dan bermulanya kebaikan kekal-abadi menang melawan kejahatan.
      Tatkala itulah, penduduk di Nusa-Antara dengan kemampuan sumber daya manusia yang unggul dan menggenggam teknologi mutakhir ikut berperan menjaga tatanan dunia sehingga perdamaian abadi di bumi maupun planet lain di segenap alam semesta dapat terwujud.
      Makhluk hidup satu sama lain di alam semesta saling menghormati satu sama lain. Tak ada perang antarnegara, perang antarplanet, dan perang antargalaksi.



hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang
genaha kacetha kanthi njingglang
nora ana wong ngresula kurang
hiya iku tandane kalabendu wis minger
centi wektu jejering kalamukti
andayani indering jagad raya
padha asung bhekti

                                           (Jayabaya, abad keduabelas masehi.)

                                         *****


Subowo bin Sukaris
hasta mitra Updated at: 12:45 PM