Ramalan Tujuh Satria Piningit Ronggowarsito

Ramalan 7 Satria Piningit Ronggowarsito

Satria Piningit Pertama
Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro


Raden Ngabehi Ronggowarsito lahir seabad sebelum Kusno atau Ir. Soekarno atau Bung Karno yang dilahirkan tepat di tahun pertama awal abad kesembilanbelas masehi. Pada awal abad kedelapan belas maupun abad kesembilan belas itu Nusantara masih di bawah pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Ronggowarsito yang adalah murid ideologis Sri Aji Joyoboyo, seorang nujum, sudah meramalkan kelak akan muncul seorang pemimpin Nusantara, seorang Satrio Piningit pertama yang bakal muncul dan kelak akan memimpin rakyat tertindas Nusantara melepaskan diri dari belenggu penjajahan oleh bangsa asing manapun, Ronggowarsito menyebutkan tokoh itu Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro.
      Pemerintah kolonial dalam memperlakukan para pejuang pembebasan rakyat Nusantara menggunakan cara mengasingkan orang yang tidak disukai pemerintah ke daerah lain yang cukup jauh dari asalnya, tempat ia berjuang dengan rakyat setempat yang mendukungnya. Pemerintah kolonial menganggap cara itulah yang sangat sesuai dengan politik etis yang sedang dijalankan oleh Gubernur Jendral pendukung politik etis tersebut. Seorang pejuang politik yang ditangkap, maka ia mendapatkan status tahanan politik. Tahanan politik berbeda dengan tahanan kriminal, yang pertama berjuang dengan cara melawan pemerintah yang berkuasa, sedangkan tahanan kriminal hanya melakukan kejahatan terhadap orang lain.
      Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro yang ditunggu itu mengarah pada diri Bung Karno, yang pernah dipenjarakan oleh pemerintah kolonial di penjara Sukamiskin. Konon semasa di dalam penjara Bung Karno pernah menandatangani pernyataan minta ampun kepada pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Hal demikian tidaklah aneh, karena pemerintah kolonial Hindia-Belanda memang jagonya soal arsip dan administrasi pemerintahannya paling tertib dan teliti di dunia. Mereka bisa saja membikin surat semacam itu sekadar untuk jaga-jaga di masa depan.
      Tidak hanya dijebloskan ke dalam penjara Sukamiskin, akan tetapi Bung Karno mengalami juga pengasingan di Bengkulu, Ende, dan Brastagi  Pemerintah kolonial melengkapi segala macam fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan sehari-hari berupa perumahan, uang belanja, dan lainnya. Segala macam kegiatan boleh dilakukan asalkan tidak melakukan perjalanan dalam radius beberapa kilometer, dan juga kecuali dengan izin, maka diperbolehkan. Sebagai catatan, menjelang akhir hayatnya, sekali lagi Bung Karno menjalani hukuman tahanan rumah di sebuah rumah di Jakarta. Kali ini yang menahan beliau adalah pemerintah Republik Indonesia sendiri cq Angkatan Darat. Tak ada fasilitas apapun diberikan oleh pemerintah. Dan juga dilarang menerima tamu, tidak boleh dijenguk oleh keluarga sendiri. Itulah yang konon membunuh Bung Karno, seorang yang biasa hidup di alam keramaian dunia tiba-tiba diasingkan seorang diri.
      Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, alias Bung Karno dikenal oleh pemimpin dan rakyat seluruh dunia, dalam lawatannya ke Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, Eropa Timur, Uni Soviet dan negeri lainnya beliau dianugerahi gelar Doktor dari puluhan universitas negeri maupun swasta. Bahkan juga dari Universitas Islam bergengsi Al-Azhar Cairo. Tak ada batasan ideologi, ras, dan agama mengenai negeri yang dikunjunginya dan kemudian mengelu-elukannya sebagai tokoh dunia ketiga yang progresif revolusioner menentang imperialisme dan kolonialisme untuk menggalang usaha rakyat jajahan berjuang memperoleh kemerdekaan negerinya sendiri.
       Kisah perjalanan hidup Bung Karno yang pernah menikmati hotel prodeo di masa kolonial dan Orde Baru, dan kemudian hari tinggal di istana kepresidenan juga dialami oleh pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela, yang mendekam di penjara puluhan tahun, dan bahkan dianggap tidak bakal menikmati udara bebas dunia luar kenyataannya ia kemudian menjadi seorang Presiden di negerinya sendiri, Afrika Selatan. Nelson Mandela juga terkenal di seluruh dunia semasa di penjara, sebagai tokoh pejuang anti-Apartheid, apalagi setelah beliau menduduki tampuk pimpinan di negerinya.
       Bedanya Bung Karno dengan Mandela ialah Bung Karno tidak pernah diakui oleh Pemerintah Kerajaan Belanda sebagai pemimpin Indonesia. Bung Karno di mata Kerajaan Belanda tetap seorang pemberontak, ekstremis, dan seterusnya. Oleh karena itu Bung Karno tidak pernah menginjakkan kaki di Belanda, dan demikian pula sebaliknya Ratu Belanda tidak pernah mau nyekar ke makam Bung Karno di Blitar. 
****

Satria Piningit Kedua
 Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar


Raden Ngabehi Ronggowarsito yang hidup pada catur wulan pertama abad kedelapan belas merupakan murid ideologis Sri Aji Joyoboyo, seorang ahli nujum yang hidup pada abad kesebelas masehi berkat ketekunan Ronggowarsito dalam mencari serta mengumpulkan dan selanjutnya mempelajari rontal kuno warisan leluhur yang berasal dari daerah Kediri. Sudah menjadi hal biasa bahwa seorang murid adakalanya memiliki kemampuan melebihi gurunya. Demikianlah Ronggowarsito meramalkan satrio piningit kedua yang kelak memimpin wilayah Nusantara yakni Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar.
      Soeharto, Suharto, atau Pak Harto, memiliki asal-usul yang misterius, sama juga dengan Rajasanegara atau Arok. Keduanya sama-sama seorang panglima perang yang berpengalaman di berbagai medan perang. Pak Harto memulai kariernya sebagai anggota militer KNIL, Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Soeharto ini juga seorang tokoh yang menguasai bidang intelijen dengan sangat baik. Ia hampir selalu hadir di dalam peristiwa penting mulai dari Peristiwa Juli 1946 yakni kudeta Mayor Jendral Soedarsono, Peristiwa Madiun September1948 yakni Peristiwa pembasmian PKI dalam rangka memenuhi persyaratan "Red Drive Proposal" pihak Amerika guna memenangkan pertempuran dalam perang dingin antara blok Amerika Serikat melawan Sovyet Uni. Soeharto sejauh itu memiliki kemampuan merangkul semua pihak yang bertikai tanpa melibatkan dirinya dalam konflik tersebut. Perannya dalam peristiwa Juli 1946 sebagai salah satu pimpinan batalyon pengawal Istana Yogyakarta, peran PakHarto dalam bulan September 1948 adalah sebagai utusan terpercaya daripada Panglima Jenderal Soedirman sebagai kepala tim pencari fakta situasi politik di Madiun. Dan selanjutnya peran Pak Harto dalam Serangan Maret 1949 adalah sebagai orang kepercayaan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ditugaskan untuk menggempur Belanda dan membuktikan kepada dunia luar bahwa TNI masih eksis selama beberapa jam menguasai Yogyakarta. Konon Soeharto memang bukan aktor utama dalam serangan umum atas Yogyakarta tersebut. 
      Selanjutnya pengalaman tempurnya yang sangat baik tatkala diangkat sebagai Panglima Mandala, dalam perjuangan Trikora merebut Irian Barat. Dan juga berperan dalam Dwikora, yakni menggagalkan negara Malaysia. Sama seperti Arok yang hidup pada abad keduabelas masehi, Pak Harto juga dalam bertempur melawan musuhnya sesuai perintah atasan bertindak lebih kreatif lagi dengan melakukan semacam infiltrasi intelijen yang ujung-ujungnya ialah bekerja sama dengan musuh untuk melakukan pertempuran pura-pura. Sehingga tidak timbul korban di antara kedua belah pihak.
      Begitu juga dalam peristiwa G30S, maka Soeharto berdiri di sisi kedua belah pihak yang bertikai: PKI dan Angkatan Darat, sehingga di mata PKI, Pak Harto mendapat julukan "orang baik". Jika di masa sebelumnya sejak perang kemerdekaan hingga perjuangan merebut Irian Barat, Pak Harto selalu taat pada atasan, maka sejak 11 Maret 1966, beliau memutuskan untuk menunjukkan jatidiri beliau yang sebenarnya dengan jalan membangkang pada atasan yakni Presiden Soekarno. Dalam hukum militer, membangkang perintah atasan hukumannya adalah mati, kata seorang pengikut setia Bung Karno.
      Soeharto dengan jatidiri yang sebenarnya mulai marak ke panggung politik dan kekuasaan sejak itu, dan pada 12 Maret 1966 mengumumkan pembubaran Partai Komunis Indonesia. Bagi Pak Harto yang mengenal baik tokoh-tokoh semacam Letkol. Untung Syamsuri, Kolonel Abdul Latief, yang memimpin gerakan 30 September 1965 maka tidak peduli pada setiakawan, jika perlu mereka semua harus disingkirkan dengan segala macam cara halus maupun kasar. Sejarah kemudian mencatat bahwa keputusan Pak Harto terhadap seluruh anggota dan pimpinan politbiro PKI adalah hukuman mati, hukuman buang, dan hukuman penjara. Tak ada kecuali bagi seorang pun, termasuk kawan beliau sendiri. Dan juga bagi pengikut Bung Karno, tak ada ampun juga, karena dianggap merintangi langkah selanjutnya maka mereka semua harus disingkirkan dari pemerintahan. Akan tetapi dalam memberi hukuman terhadap lawan politiknya semua dilakukan tanpa melalui proses pengadilan. Perbandingan di antara dua satrio piningit: Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro dalam mempersatukan Nusantara tanpa menumpahkan satu tetes darah pun. Sedangkan Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar mempersatukan Nusantara di atas genangan darah, dan penderitaan lima juta manusia akibat daripada perang saudara yang sengaja dikipasi oleh militer terjadi antara gologan komunis dan golongan agama.
Di mata pemimpin Besar Revolusi Bung Karno, "Soeharto itu koppig! Koppig, Koppig!" "Soeharto itu seorang yang keras kepala atau kepala batu, dan sulit untuk diatur ...."
      Dengan kemampuannya di bidang militer dan intelijen, maka tidak mengherankan Pak Harto mampu menguasai wilayah terirorial Timor Leste dan menjadikan wilayah bekas jajahan Portugis itu menjadi provinsi keduapuluh tujuh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepiawaian Soeharto setelah marak sebagai Presiden sungguh luarbiasa, ia memiliki lidah, mata, telinga, dan lainnya di setiap sudut bahkan dari Sabang hingga Merauke, sehingga wajar saja tak seorang pun berani bersuara sumbang terhadap segala macam kebijakannya. Begitu mencekamnya suasana semasa pemerintahan beliau, bak menjadi kawula alit daripada kekuasaan maharaja besar yang wajib ditaati segala aturan dan perintahnya, sekalipun itu juga perintah tidak boleh berpikir lain daripada yang dicanangkan penguasa. Maka segala polah tingkah Soeharto dalam menduduki singgasana tertinggi Republik itu dianggap fasis, otoriter, tidak demokratis, dan sebagainya oleh lawan politiknya yang cuma bisa tiarap terus. Kewibawaan Soeharto memang luar biasa, namun setiap langkahnya selalu menunai dua macam hal, menguntungkan satu golongan, dan di sisi lain merugikan golongan lain, itulah makna daripada Kesandung Kesampar. Selama masa pemerintahan Orde Baru sebagai pimpinan tertinggi Pak Harto lebih tepat disebut seorang raja Indonesia karena segalanya bisa diatur dalam genggaman tangannya dan berkat kelihaian dalam mengatur taktik dan strategi militer yang diimplementasikannya dalam praktek memerintah negeri, maka seperti diketahui sejak perang kemerdekaan hingga mencaplok Timor Leste maka tak diragukan lagi kemampuan Soeharto dalam bidang militer sangat mumpuni. Salah satu strategi jitu dalam politik daripada Soeharto ialah membikin kembaran Partai Demokrasi Indonesia versi Mega dan versi bukan Mega. Oleh epigonnya dilanjutkan dengan kembaran partai PKB Gus Dur, atau Matori, dan hingga sekarang dalam segala bidang organisasi taktik daripada Soeharto ini terus dijalankan dengan baik oleh para epigonnya yang setia.
     Soeharto yang sudah diramalkan oleh Ronggowarsito pada abad kedelapan belas itu sebagai Satrio Piningit kedua, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, cocok sekali karena begitu banyak orang yang dendam sekaligus yang berterimakasih padanya. Begitu besarnya kesalahan Soeharto terhadap mereka yang melawannya sampai mengatakan, "Kesalahan Soeharto tidak mungkin bisa dimaafkan! Kejahatannya, serta kekejamannya terhadap kemanusiaan tidak seimbang dengan segala macam jasa besarnya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia." Memang Pak Harto selalu Kesandung Kesampar alias dianggap bertanggung jawab atas segala macam kesalahan yang dilakukan baik oleh bawahannya maupun yang beliau perbuat sendiri. Kekayaan keluarga Soeharto beserta kroninya memang fantastis seiring Orde Baru berkuasa maka modal asing dipersilahkan masuk dalam jumlah luarbiasa yang digunakan untuk mengelola sektor pertambangan emas, tembaga, minyak, dan lainnya, itu pun berada di bawah bendera perusahaan multinasional. Di samping itu juga perusahaan asing bebas membikin segala macam pabrik, mulai sabun hingga mobil. Perbuatan Soeharto yang memperkaya keluarga dan kroninya tentu saja hal tersebut terjadi setelah mengorbankan Indonesia yang mandiri, menjadi Indonesia yang tergantung pada asing! Jasa besar Soeharto membangun berbagai sarana dan prasarana terutama menyetujui pembangunan tempat ibadah bagi umat Islam. Sementara di sisi lain ia memerintahkan pembasmian golongan Islam tertentu yang menentang pemerintah Orde Baru. Tidak sedikit epigon atau pengikut Soeharto yang tetap memujanya sampai hari ini sebagai Bapak Pembangunan. Dan juga sebagian pemujanya menganggap jaman Soeharto kehidupan masih lebih baik daripada hari ini. Hal ini cocok dengan sebutan sebagai Satrio Mukti Wibowo. Kewibawaannya di lingkungan Asean jangan ditanya lagi, kapal perang Singapura maupun kapal perang Malaysia akan berpikir seribu kali untuk melanggar teritori perairan Indonesia. "Menghadapi orang semacam Soeharto, lebih baik kami tidak berulah macam-macam atau diam saja. Cari gara-gara dengan dia sama saja membangunkan macan tidur," demikian kira-kira pikiran para petinggi negara jiran.
      Bertolak belakang dengan Bung Karno yang di masa akhir hayatnya menderita sakit parah dan tidak memperoleh perawatan semestinya dan berstatus tahanan rumah, Soeharto setelah lengser keprabon berstatus tidak dapat memenuhi panggilan daripada pengadilan untuk sebuah kasus korupsi karena alasan sakit, namun beliau mendapatkan perawatan kesehatan dengan tenaga medis dan rumah sakit kelas vvip dari pemerintah Republik Indonesia.
****

Satria Piningit Ketiga
 Satrio Jinumput Sumela Atur

Soeharto membuktikan ketidakbenaran ucapannya sendiri tatkala lengser keprabon pada 21 Mei 1998 langsung menyerahkan tampuk kekuasaan kepada "anak emasnya" BJ Habibie yang notabene orang sipil, padahal setiap kali menjelang pemilihan umum yang mencapai enam kali berturut-turut menang dan ujung-ujungnya Soeharto terpilih lagi menjadi presiden selalu mendengungkan, "Dalam kehidupan bernegara kita membutuhkan Abri, tanpa Abri kita tidak dapat hidup bernegara dengan sebaik-baiknya, karena Abri memiliki organisasi yang paling sempurna dibandingkan organisasi sipil lainnya." Kok, Habibie bisa...?
    Ronggowarsito telah meramalkan pemimpin Nusantara satrio piningit ketiga yakni "Satrio Jinumput Sumela Atur", seorang pemimpin yang diangkat dalam masa transisi dalam rangka melanggengkan rejim sebelumnya. BJ Habibie yang mendampingi Soeharto sebaga wakil presiden, seolah tampak sudah konstitusional tatkala Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden, dan sekaligus mengumumkan bahwa sebagai presiden ia menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden BJ Habibie.
   
Secara demonstratif jelas Soeharto telah melanggar konstitusi, berdasarkan konstitusi pengunduran Soeharto sebagai seorang presiden Republik Indonesia harus melalui sidang istimewa MPR yakni dengan menyerahkan mandatnya dibarengi alasan ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas sebagai presiden, demikian pula pengangkatan BJ Habibie sebagai pengganti Jenderal Soeharto idem tito melalui sidang istimewa MPR juga.
   Jenderal Besar Haji Muhammad Soeharto, Bapak Pembangunan, bukan tokoh sembarangan pada jamannya, beliau memiliki kekuasaan luarbiasa besarnya tidak hanya sekadar kekuasaan seorang presiden yang tunduk pada konstitusi, beliau bahkan bisa mengatur apa saja, dan membuat apapun menjadi dianggap konstitusional maupun inkonstitusional. Soeharto yang kekuasaannya demikian luarbiasa layaknya seorang raja, maka tak aneh Pak Harto mampu melakukan hal seperti disebutkan di atas dalam menyerahkan tampuk pimpinan negara Republik Indonesia kepada siapa saja yang dikehendakinya. 
       Krisis moneter pada Juli 1997 telah membuktikan betapa rapuhnya ekonomi Indonesia yang digembar-gemborkan akan mencapai tinggal landas dalam repelita keenam tersebut, bukannya tinggal landas melainkan "nyungsep" dan terpuruk karena ekonomi Indonesia tidak mandiri, akan tetapi tergantung pada lembaga keuangan maupun modal asing yang ditanam di dalam teritorial Indonesia, dan juga utang luar negeri yang rasanya manis terus dikucurkan sebesar-besarnya bagi pondasi ekonomi rejim Orde Baru berakibat fatal tatkala terjadi krisis ekonomi global.

      BJ Habibie yang ditarik Soeharto untuk membantunya mengerjakan proyek wah itu diberikan uang berapapun dana dan daya yang ia butuhkan, dana tersebut berkat booming minyak yang dimulai tahun tujuhpuluhan dan ditambah terus dari hasil minyak bumi ditahun selanjutnya sehingga terkumpul dalam jumlah yang semakin besar. BJ Habibie yang lulusan Jerman itu memang bertugas untuk meningkatkan pamor rejim Orde Baru dengan membangun industri strategis perakitan Pesawat Udara, senjata, reaktor nuklir dan sebagainya. Dari macam-macam industri strategis yang paling sukses konon ialah industri senjata ringan, sedangkan lainnya tetap tergantung pada subsidi, tidak mampu membukukan keuntungan finansial.
     Salah satu pe er yang ditinggalkan Pak Harto yang selalu mengganggu dalam politik luar negeri RI ialah masalah Timor Leste, Provinsi keduapuluh tujuh yang bergabung dengan NKRI sejak 1976, dengan ibukotanya Dili. BJ Habibie yang yakin dengan data-data sipil maupun intelijen bahwa kekuatan penduduk pendukung Indonesia jauh lebih besar daripada kekuatan yang mendukung kemerdekaan Timor Leste. Maka dengan yakin dan pe de sekali Habibie mengumumkan diadakan referendum bagi rakyat atau penduduk yang berada dalam teritori Timor Leste. Opsi dalam referendum memilih Timor Leste tetap bergabung dengan Indonesia atau Merdeka. Habibie hakul yakin dengan prestasi kerja militer dan intelijen di wilayah jajahan Portugis itu telah sukses membikin rakyat sejahtera dalam kehidupannya. Apalagi berkat dukungan Abri yang punya kekuatan besar jutaan prajurit darat, laut, dan udara dengan segala macam perlengkapan perangnya yang mutakhir akan mampu menundukkan rakyat Timor Leste tetap dalam pangkuan ibu pertiwi.
    Timor Leste terpaksa dicaplok oleh Orde Baru bahkan didukung oleh Paman Sam, dengan satu alasan bahwa kekuatan komunis atau marxis yakni Fretilin, telah eksis dan memiliki kekuatan militer cukup baik. Tentu saja hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja kekuatan komunis bercokol sangat dekat sekali dengan perbatasan dengan wilayah Indonesia secara langsung. Maka dengan analisa phobia terhadap komunisme diperkirakan kekuatan komunis yang menyebar dari basis Timor Leste akan menginfiltrasi wilayah Indonesia.
      Referendum yang dilakukan Rakyat Timor Leste diselenggarakan dan dipantau langsung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa itu akhirnya dimenangkan oleh kekuatan prokemerdekaan. Dengan kekalahan prointegrasi maka Habibie sang pencetus ide referendum akhirnya dipersalahkan berbagai pihak, terutama mereka yang dengan segala pengorbanan menjalankan tugas negara dalam masa perjuangan untuk mengintegrasikan wilayah tersebut sejak 1976 yang silam, sehingga akhirnya Habibie yang memang telah diramalkan oleh pujangga Ronggowarsito hanya menerima kekuasaan dalam masa transisi dan demi melanggengkan rejim sebelumnya dalam kurun 1999-2000 akhirnya dilengserkan melalui keputusan dalam suatu sidang MPR. Walaupun demikian berkat jasa Habibie yang lebih banyak hidup di luarnegeri itu serta berpengalaman luas di ajang Internasional itu, maka Indonesia tidak lagi dikucilkan dalam tata pergaulan dunia dengan masalah Timor Leste. Dan bagi rakyat Timor Leste yang telah memperoleh kemerdekaannya maka jasa besar Habibie akan tercatat dalam sejarah mereka sendiri.
      Pengintegrasian Timor Leste ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia memang tidak sah. Seperti yang dikatakan oleh pujangga Nusantara modern yang termasyhur, Pramoedya Ananta Toer, "Pandangan saya mengenai Timor Leste ialah wilayah itu bukan bekas wilayah Hindia-Belanda, sehingga bagi Indonesia dengan alasan dan dalih apapun maka mengintegrasikan atau menguasai wilayah jajahan Portugis itu merupakan suatu bentuk penjajahan baru."

****

Satria Piningit Keempat
 Satrio Lelono Tapa Ngrame

Kiai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Presiden Republik Indonesia keempat adalah Satrio Piningit keempat "Satrio Lelono Tapa Ngrame" daripada tujuh Satrio Piningit yang kelak memimpin Nusantara sebagaimana telah dinujumkan pada abad kedelapanbelas oleh R. Ng. Ronggowarsito -- seorang pujangga Jawa klasik terakhir dari Keraton Surakarta Hadiningrat atau Pujangga yang diangkat resmi oleh Kasunanan Surakarta.
      Konon Gus Dur terpilih menjadi Presiden berkat dukungan klandestin badan intelijen asing yang wilayah negaranya seperenam Pulau Jawa. Dan konon Gusdur dijungkalkan dari jabatannya karena mulai memberantas korupsi (cq Jaksa Agung terakhir dalam masa satu tahun pemerintahannya) terhadap siapa saja, tanpa pandang bulu, bahkan juga berniat menyeret ke pengadilan mantan Presiden Soeharto, keluarganya, dan juga kroninya.
      Patut dicatat bahwa Gus Dur atas nama warga NU meminta maaf kepada khalayak golongan kiri atas keterlibatan dalam perang saudara pada sekitar 1965. Lebih jauh lagi Gus Dur ingin mencabut Tap MPR 26 tentang pelarangan ajaran Marxisme, dan juga berniat untuk membubarkan sebuah Partai besar yang menjadi pilar Orde Baru. Lawan politik dan pesaing Gus Dur tentu sangat jengah dan ketar-ketir dengan segala macam ucapan dan tindakan Gus Dur selama menjabat sebagai orang nomor satu RI. Gus Dur mengundang para sahabatnya dari berbagai kalangan, kiri, kanan, tengah, pribumi, non-pribumi dan sebagainya ke istana Negara, salah satunya ialah seorang sastrawan yang dikagumi oleh Gus Dur yakni Pramoedya Ananta Toer cs yang menganggap dirinya musuh Orde Baru, karena Orde Baru telah memberangus hampir semua buku yang ditulisnya semasa dalam kamp tahanan Pulau Buru. Golongan kiri yang adalah bekas tahanan politik rejim Orde Baru itu memang bukan warganegara biasa, mereka warganegara kelas dua yang dikenakan berbagai larangan untuk bekerja di sektor pendidikan, mass media dan perusahaan vital milik negara.
      Sebagai seorang Satrio Lelono, Gus Dur dalam kurun setahun memegang tampuk kepemimpinan itu telah menyempatkan diri melanglang buana, selain bersilaturahmi dengan para kepala negara lain, Gus Dur juga menyempatkan diri bertemu dengan para exile, refugee, atau warganegara Republik Indonesia yang tersangkut di luar negeri karena dicabut haknya sebagai warganegara RI oleh rejim Orba. Mereka yang tidak bisa pulang ke tanah air tercintanya itu tersebar di benua Eropa, antara lain di Belanda, Prancis, Swedia, Jerman, dan lainnya. Di samping itu masih banyak warga Indonesia yang tidak bisa pulang terpaksa tinggal di Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok. Semua pelarian politik itu dituduh terlibat Gerakan 30 September 1965 dan atau tidak mendukung Jenderal Soeharto yang marak sebagai orang nomor satu menggantikan Bung Karno. Gus Dur sempat-sempatnya menemui mereka semua dan secara lisan mengajak bicara dan menyilakan mereka pulang ke tanah air. Sebagian dari para pelarian politik Indonesia tersebut telah mendapatkan suaka di negara tujuan dan melalui proses selanjutnya mereka berhak mendapatkan kewarganegaraan baru, dan bagi golongan ini tentu mereka menikmati segala macam jaminan sosial dan kesehatan yang berlimpah, dan mengingat usia mereka yang sudah lanjut tentu saja khawatir seandainya kembali ke tanah air Indonesia, yang tak ada jaminan kesehatan sebaik di negara Eropa tempat mereka bermukim sekarang.
      Gus Dur sebagai Satrio Tapa Ngrame adalah rohaniawan Islam lulusan Universitas Baghdad, dan menjadi pemuka organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama. Beliau juga konon mewarisi trah Majapahit dan memiliki sedikit darah Tionghoa. Seperti dalam ucapan Bung Karno mengenai Islam, "Pelajarilah ilmu agama Islam itu ambillah apinya dan bukan mengambil abunya." Maka ucapan Bung Karno tersebut benar-benar dilaksanakan oleh seorang Gus Dur yang kemudian menjelma menjadi tokoh pluralis, dan dijuluki Guru Bangsa, bandingkan dengan Bung Karno yang dikenal sebagai Bapak Bangsa, Bapak Indonesia Merdeka, dan Soeharto yang mendapat gelar Bapak Pembangunan.
     Sebagai Guru Bangsa yang seorang Satrio Tapa Ngrame dan juga seorang rohaniawan Islam terbaik memang sebuah tugas sejarah bagi K.H. Abdurrahman Wahid, yang telah berusaha mengajari bangsanya untuk berjiwa besar dan mengajarkan berpikir tidak seragam lagi atau bebas berpikir dari belenggu serba seragam ala Orde Baru. Gus Dur bukan seorang politikus yang phobia terhadap ideologi marxisme, dengan mengatakan sebagai ini, "Das Kapital ini bukan berisi ajaran setan...!" sewaktu beliau ikut serta selaku pembicara utama dalam peluncuran buku babon kaum marxist tersebut dalam terjemahan bahasa Indonesia.


****

Satria Piningit Kelima
 Satrio Piningit Hamong Tuwuh


Pemimpin Republik Nusantara kelima "Satrio Piningit Hamong Tuwuh" sebagaimana yang diramalkan oleh pujangga Jawa R. Ng. Ronggowarsito yang hidup pada awal abad kedelapan belas yakni seorang pemimpin yang memiliki kharisma dari keturunannya ialah Presiden kelima RI Hajjah Megawati Soekarnoputri (2001-2004). Dengan sendirinya di antara tujuh satrio piningit yang memimpin Nusantara, dua di antaranya terdiri dari bapak dan anak. Sang Bapak ialah Bung Karno seorang Satrio Piningit pertama "Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro". Perjalanan panjang jejak luar biasa Megawati terjadi pada 27 Juli 1996. Soeharto yang tidak rela kekuatan sosial-politiknya berkurang sedikitpun berusaha memberangus sebuah Partai berlambang hewan itu dengan taktik membikin partai kembar tandingan. Dan partai tandingan yang didukung Orde Baru itulah yang diakui oleh rejim Soeharto dan juga tidak mengakui partai yang jelas-jemelas memang aslinya. Maka simpati rakyat bukan bertambah surut terhadap partai berbasis nasionalis itu melainkan terus melambung hingga akhirnya Megawati benar-benar menduduki kursi kekuasaan nomor satu di Republik Indonesia.
     Partai berlambang hewan ini memang didukung oleh rakyat kecil, atau wong cilik terutama di pulau Jawa. Bahkan pada pemilihan umum paska Soeharto lengser, di mana-mana di tepi jalan mulai Anyer hingga Banyuwangi didirikan posko-posko Partai Mega. Semua itu mencerminkan betapa rakyat menginginkan perubahan baru menggantikan daripada kekuasaan Orde Baru Soeharto. Pada waktu itu para pakar politik sudah meramalkan, "Megawati tidur pun ia akan menjadi Presiden...!"
     Pada kenyataannya yang marak ke kursi nomor satu ialah Gus Dur, sedangkan Mega menjadi wakil presiden. Akan tetapi sejarah kemudian berubah dan berkehendak lain. Mega naik jabatan menggantikan Gus Dur yang dilengserkan secara paksa oleh anggota dewan perwakilan rakyat yang terhormat, yang sebelumnya disebut oleh Gus Dur tiap kali mengomentari ulah anggota dewan tersebut, "DPR itu kayak anak TK aja!"
     Konon sebelum Mega menduduki kursi nomor satu di Republik ini ia bertemu dengan seorang wakil dari negara adidaya di salah negara jiran terdekat  dan menyatakan kesediaan tidak akan merehabilitasi nama Presiden Soekarno jika kelak ia menjadi presiden RI. Tentu jika syarat tersebut dipenuhi akan ada jaminan pemerintahan Mega mendapat dukungan penuh dari negara adidaya. “Kalau Mega tidak mau (merehabilitasi Presiden Soekarno -ed), biarlah rakyat pilih Pre­siden yang mampu dan bera­ni merealisir seruan saya ini,” uneg-uneg terakhir anak angkat Bung Karno, pejuang AMH pada 29 Februari 2004 dua hari sebelum beliau wafat.
      Pada 2001 Departemen Luar Negeri Amerika Serikat merilis dokumen rahasia yang adalah hasil kerja CIA selama tahun 1964-1966, sebagaimana tradisi yang berlaku di sana maka sebuah dokumen akan disimpan selama duapuluh lima tahun sejak peristiwa terjadi dan selanjutnya akan diterbitkan untuk konsumsi publik. Anehnya dokumen resmi melalui situs resmi pemerintah Amerika Serika yang sebentar beredar di dunia maya itu kemudian ditarik kembali. Demikian pula cetakannya yang resmi dan beredar ditarik kembali. Rupanya Amerika Serikat tidak ingin terjadi ada gangguan hubungan bilateral antara Indonesia dan AS, dengan mempublikasikan dokumen penggulingan Soekarno itu di masa anak Soekarno, Megawati, tengah menduduki kursi kepresidenan.
     Walhasil Dokumen itu beberapa bulan kemudian dapat beredar di Indonesia dan dalam versi Bahasa Indonesia. Sesuai janjinya Megawati selama masa pemerintahannya memang disiplin tidak pernah sekalipun menyebut rehabilitasi Soekarno yang ditetapkan oleh Orde Baru dalam Tap MPRS 1967. Konon Megawati memang anak biologis Soekarno akan tetapi Megawati bukan anak ideologis Soekarno. Anak ideologis Soekarno sejati memang terdapat pada salah satu anak Bung Karno yang lain, beliau memiliki beberapa anak dari istri yang berbeda. Anak ideologis Bung Karno tersebar di dalam negeri dan di luar negeri tak terhitung jumlahnya. Sukarnois-sukarnois itu lebih membela Soekarno dengan cara mereka masing-masing. Mereka yang berjuang menegakkan Soekarnoism itulah anak ideologis Soekarno. Dari luar negeri mereka, para Soekarnois itu tidak henti-hentinya menggempur Orde Baru dan sasaran tembak utamanya ialah Soeharto. Soeharto lah yang membikin mereka yang di luar negeri menjadi Stateless, kehilangan kewarganegaraan Indonesia, karena tidak mau mendukung Orde Baru, dan tetap setia pada Bung Karno yang mengirim mereka ke luar negeri untuk sekolah, menjadi dubes, menjadi organisator kelas dunia, atau yang sekadar studi banding. Kaum muda Indonesia yang berbakat banyak yang dikirim oleh partai atau pemerintah ke Uni Sovyet belajar gratisan hingga gelar sarjana penuh.
     Sejak lengsernya Soeharto, Megawati juga mengadakan acara semacam Open house, dan siapapun boleh datang ke rumahnya di jalan Kebagusan, jika beruntung akan melihat langsung sang Pemimpin "wong cilik", sembari menikmati segelas minuman dingin yang disuguhkan.
      Satrio Piningit Hamong Tuwuh itu memang memiliki kharisma yang diturunkan Bung Karno, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rakyat kecil mendukungnya karena ia anak biologis Soekarno, bukan karena hal lain. Jauh di masa sebelumnya konon para Soekarnois khawatir dengan kedudukan mutlak Megawati sebagai tokoh yang identik dengan kekuatan utama partai berlambang hewan tak mempersiapkan calon penggantinya, bagaimana seandainya ia mendadak terjadi sesuatu, kekawathiran Soekarnois itu memang beralasan, mereka mengatakan, "Megawati itu merasa bisa hidup seribu tahun lagi....!"
     Situasinya berubah sejak Mega benar-benar menjadi presiden, ia pun kini telah menyiapkan putri mahkotanya.
     Berbeda dengan pengganti Mega yakni Susilo Bambang Yudhoyono, dalam berbagai kesempatan sesekali masih menyebut Bung Karno dan ajarannya terutama mengenai Trisakti Bung Karno. Bagi SBY ajaran Bung Karno bukan telah menjadi fosil yang ketinggalan jaman. Justru ajaran Bung Karno itu akan tetap aktual sepanjang jaman selama Republik ini masih tetap berdiri tegak. Semua pemikiran Bung Karno sebenarnya sempurna, akan tetapi beberapa atau kebanyakan Soekarnois mengatakan demikian, "Ajaran Bung Karno mengenai Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) ... sangat luarbiasa ... sayang sekali, ya, kok ada Kom-nya...."
     Sebagai batu ganjalan bagi Megawati untuk menduduki kursi kepresidenan datang dari kaum agama dengan dalih, "Seorang perempuan tidak boleh menjadi khalifah atau pemimpin negeri dan memimpin kaum laki-laki dan kaum perempuan, jika salah seorang laki-laki dari kaum itu masih sanggup maju sebagai pimpinan."
      Dan ganjalan lainnya ialah Megawati yang pernah menjadi presiden itu tidak mungkin pada suatu hari di masa depan mau menjadi seorang wakil presiden. Kharisma Bung Karno yang terpancar pada Satrio Piningit Hamong Tuwuh ini memang benar-benar seorang figur yang dapat mempersatukan partainya yang diharapkan dapat mengubah nasib orang kecil yang selama ini tidak dapat ikut serta menikmati madunya sebuah negara.

****


Satria Piningit Keenam
 Satrio Boyong Pambukaning Gapuro

Satrio Piningit keenam yang kelak memimpin Nusantara telah diramalkan pada abad kedelapan belas oleh Ronggowarsito sebutannya ialah Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, dan beliau sang pemimpin itu presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono atau dikenal SBY. Satrio Boyong maknanya ialah sang pemimpin itu mulai dari bawah berpindah jabatan demi jabatan naik ke atas hingga akhirnya meraih sukses di puncak sebagai pemimpin di Nusantara. Kejadian itu berlangsung pada 2004 dalam pemilihan presiden langsung yang pertama kali dilakukan oleh rakyat Indonesia, dan bagi mereka pilihan terbaik yang tersedia di antara pilihan buruk yang ada, ya, SBY yang tatkala itu didampingi calon wakil presiden, JK atau Jusuf Kalla. Tokoh pendamping sang satrio boyong ini adalah seorang ketua umum partai besar yang di masa lalu pernah memenangkan pemilihan umum enam kali berturut-turut dengan suara mayoritas. 
     Karier SBY yang lulusan Akabri tahun tujuhpuluhan selanjutnya meniti karier dalam militer dengan sangat mulus hingga akhirnya menjadi Kepala Asisten Teritorial, semasa Soeharto berkuasa, dan berlanjut terus pada masa pemerintahan BJ Habibie. 
      Selanjutnya karier sang satrio boyong ini di masa pemerintahan Gus Dur, tidak lagi memegang jabatan militer akan tetapi menduduki jabatan seorang Menteri dalam kabinet. Demikian seterusnya kedudukan SBY masih stabil pada era pengganti Gus Dur yang cuma setahun dan dilanjutkan oleh pemerintahan Megawati Soekarnoputri mantan wakil presiden Gus Dur. Jabatan Megawati pun akhirnya usai pada 2004, dan terjadilah sistem baru dalam pemilihan presiden langsung oleh rakyat untuk pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia. Mega dan SBY yang maju mencalonkan diri bertarung sengit, namun akhirnya yang keluar sebagai pemenang pasangan SBY--JK.  
        Sebagai Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, SBY yang sukses terpilih untuk kedua kalinya, sejak 100 hari memerintah terus mengalami masa sulit: bencana alam datang silih berganti, media massa yang didukung asing bersuara sumbang, dan terutama sekali yakni sejak ditinggalkan JK yang sekaligus membawa gerbongnya partai besar masa lalu menjadi oposan dalam koalisi. Soviet yang ambruk karena faximile; Soeharto jatuh karena internet; akankah SBY mengalami yang sama karena sms? Tentu diharapkan  rakyat pemilihnya beliau akan menutup masa silam yakni menyelesaikan masa jabatannya secara baik dan penuh waktu. Sebagai pembuka gerbang masa depan maka ia berwenang penuh memberikan gerbang dan peluang kesempatan kepada siapa saja yang mampu maju ke depan sebagai pemimpin terbaik bagi Republik Indonesia sesuai jamannya. Maka segala macam rongrongan dan recokan semasa SBY memerintah, dan juga segala macam tuduhan fiksi atau fakta baik dan buruk yang telah atau sedang terjadi dialamatkan kepada pemerintah SBY adalah suatu rekayasa yang dilakukan oleh mereka yang menganggap dirinya atau kelompoknya adalah lebih baik daripada SBY. Terlepas dari benar tidaknya kasus besar dan kecil yang telah, atau sedang terjadi tentu tidak boleh digebyah uyah, pukul rata, dibebankan kepada SBY. Sebagai pemimpin RI, sekali lagi SBY adalah pilihan satu-satunya yang terbaik yang tersedia di antara yang buruk. Artinya semua person dan kelompok yang ada minus SBY bukanlah yang terbaik bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
      SBY dan pemerintahannya telah secara baik menjaga gerbang kebebasan pers, kebebasan berpolitik baik di dalam maupun di luar dewan perwakilan rakyat. Sementara itu contoh kecil dalam persoalan ekonomi, daya beli sebagian masyarakat terutama pegawai pemerintah dan swasta yang meningkat telah menjadi penyebab harga barang kebutuhan sehari-hari melambung tinggi. Di era Soeharto hal demikian tidak terjadi, karena pegawai pemerintah sipil dan militer tingkat kesejahteraan mereka tidak sebaik era SBY, yang sejahtera justru keluarga Soeharto sendiri dan para kroninya, sedangkan pegawai swasta sama saja tetap makmur. Dalam kondisi begini tentu saja bagi rakyat yang berpenghasilan setengah tetap dan tidak tetap melambungnya harga justru telah membikin daya beli mereka terhadap kebutuhan pokok menjadi menurun bahkan hingga tak terjangkau lagi. Siapa yang disalahkan? Kebijakan pemerintah SBY atau mereka yang bergelimang harta menjadi trilyader karena telah mendulang emas alias korup di era Orde Baru? Sementara di sisi lain rakyat miskin papa juga telah ada sejak masa Orde Baru, demikian juga pengangguran merupakan anak-cucu dari para pengangguran yang hidup di masa orde yang sama.
      Jika dirasa perlu disebutkan kekurangan daripada pemerintahan SBY ialah Republik ini terlalu lambat jalannya dalam menegakkan panji Trisakti Bung Karno, mandiri dalam ekonomi, mandiri dalam politik dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dan jalannya revolusi kita (Jarek) istilah Bung Karno semakin berat tersendat saja karena begitu banyak rintangan terjadi semasa kabinet Indonesia Bersatu jilid dua berupa bencana alam, teror atau pejuang, maupun gontok-gontokan di dalam negeri antara partai politik maupun antar kelompok dan golongan dan bahkan antar agama. Dan ancaman paling serius pun terhadap ideologi negara Pancasila maupun lambang negara yang bermotto Bhinneka Tunggal Ika seharusnya dicari obat penangkalnya dari sang Penggalinya sendiri, Bung Karno, yang telah meninggalkan warisan berharga berupa kitab-kitab Ajaran Bung Karno. Dan persoalan yang paling peka dan tentu banyak penentangnya serta sulit diterima dalam kondisi sekarang yang terdapat dalam ajaran Bung Karno ialah mengenai persoalan marxisme, komunisme yang nilainya juga dikandung dalam ideologi Pancasila itu sendiri.


****

Satria Piningit Ketujuh 
 klik di sini --> Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu

****

Subowo bin Sukaris
hasta mitra Updated at: 10:57 AM